Dari Majalah DUIT! NO. 04/III/April 2008

Bersama suaminya dari rumah mereka, Evi Indrawanto membangun bisnis pengolahan nira
aren menjadi gula semut/gula aren kristal dengan merek Diva’s Arenga Palm Sugar. Dan mereka menemukan passion kewirausahaan di bisnis yang kini mereka tekuni. Majalah DUIT! Meminta Evi Indrawanto menuliskan refleksinya tentang ‘bisnis rumahan’ mereka. Berikut ini hasilnya.
———————————–

Mengapa kami memutuskan jadi entrepreneur lalu mendirikan CV. Diva Maju Bersama ( DMB ) dan menjatuhkan pilihan pada gula aren semut sebagai bisnis utama? Ini bermula dari beberapa cerita.

Saya memutuskan berhenti kerja kantoran setelah 1 tahun kelahiran anak pertama yang sekarang berusia 16 tahun. Jadi saya mengerti ungkapan ini : Menghabiskan waktu bersama anak-anak, mengawasi dan melihat mereka tumbuh di bawah mata.

Saya kira kenikmatan seperti itu tidak berlaku pada Indra, suami saya. Selama hampir 18 tahun berumah tangga Indra jarang sekali melihat matahari bersama keluarga. Pergi pagi dan pulang hampir pagi lagi. Dia terpaksa memberikan seluruh waktu dan perhatiannya pada karier karena hukum yang berlaku dalam dunia professional adalah semakin tinggi kedudukan semakin tinggi pula tuntutan tanggung jawabnya.

Sebagai mahkluk sosial kita selalu belajar dari lingkungan. Saya dan Indra berasal dari keluarga pedagang. Ke keluarga manapun kami berkunjung, pembahasan mereka tidak jauh dari masalah dagang. Tidak salah bukan kalau kami pun ingin jadi padagang?
Suatu ketika beberapa kerabat ramai-ramai membahas masalah bisnis mereka, kebebasan waktu, sekolah yang memadai bagi anak-anak, tempat liburan, masa pensiun, yang mau tidak mau membuat kami menoleh kepada diri sendiri. Di mana tempat kami ? Yang jelas tidak satu lokasi pun mendekati mereka.

Dan ketika Anda ‘ngotot’ jadi pegawai karena satu-satu cara yang anda tahu hanya itu, sementara ada tuntutan lain yang tidak akan mungkin di raih dengan menjadi pegawai, tak bisa disalahkan bila situasinya jadi menggelisahkan. Tapi Anda juga pasti tahu, 23 tahun berada dalam zona nyaman seorang karyawan lalu membuat surat pengunduran diri dan memilih masa depan yang belum pasti dalam dunia wirausaha juga bukan pilihan favorit para mertua di seluruh dunia. Ibarat masuk hutan, jalan-jalan di muka tidak punya papan tanda, apapun bisa terjadi : masuk lubang atau di mangsa hewan buas.

Namun kesukaan saya kepada Plato dan salah satunya sudah di kutip milyaran orang di muka bumi bahwa ‘kemenangan utama dan terbesar adalah milik mereka yang mampu mengalahkan diri sendiri” membuat saya berani ke luar dari tenda untuk mendukung keputusan suami. Di tambah lagi fakta bahwa ketika lahir tidak seorang pun membawa peta , jadi mengapa harus takut tersesat di jalan?

Bisnis pertama jadi pemulung. Kami membawa ber truk-truk botol minuman bekas dari Lampung ke Jakarta dan langsung game over di ronde pertama. Ketika itu rasanya seperti naik mobil slip di tepi jurang. Sekali kedip langsung jatuh melayang. Untung lah ada dukungan dari tabungan keluarga sehingga kegagalan itu membuat kami serasa seperti Socrates: pengalaman itu memang guru paling mahal. Tidak ada yang bisa disalahkan , belajar bisnis lalu mempercayakan pengelolaannya pada orang lain memang konyol kalau di teropong dari sudut manapun juga.

Ada pula pepatah mengatakan kegagalan masa lalu merupakan pedoman bagi kesuksesan di masa datang. Sacara naluriah Indra juga melihat bahwa dia bisa memulai lagi dari titik dia mengakhiri. Tapi kali ini harus di lakukan secara berbeda. Bersamaan dengan itu pula Allah mengetuk pintu rumah kami dengan mengirim seorang utusan-Nya yang kebetulan dulu bekerja satu perusahaan dengan Indra. Menurutnya perusahaan yang telah mereka tinggalkan, membutuhkan gula semut dalam jumlah banyak dan malah sering kekurangan pasokan.

Waktu itu kami tidak tahu apa itu gula semut. Pernah dengar namanya tapi saya pikir itu semacam zat kimia yang mampu membunuh segerombolan semut merah.
Berbekal informasi minim tersebut kami mulai bergerak dan berburu gula aren sampai ke pelosok-pelosok terpencil. Bertemu banyak orang, menyesuaikan frekuensi , masih sempat juga di bohongi , sampai akhirnya terjadi perjumpaan dengan sekelompok petani yang mampu menyuplai bahan baku gula aren semut yang harus di olah kembali di sebuah pabrik mungil di Serpong agar sesuai standar yang diminta pabrik.

Salah satu cara paling sederhana dan paling murah dalam mengelola bisnis pemula adalah memulainya dari rumah. Dan salah satu cara paling jenius dalam menekan budget adalah merekrut istri sendiri sebagai karyawan.

Saya pikir ide bekerja dari rumah adalah penemuan manusia terpenting setelah internet . Berkendara menyusuri jalan-jalan di Jakarta dan sekitarnya saat ini seperti memikul puluhan kilo gula aren sambil bernyanyi “ killing me softly “. Macet saat ini sudah hampir tidak bisa ditolerir. Saya amat bersyukur sekarang Indra sudah keluar dari sana.

Keuntungan lain, sekalipun tetap dituntut untuk tampil rapi, namun bekerja dari rumah tidak perlu membuat saya harus menyisihkan budget khusus untuk pakaian dan pernik-pernik lain yang dibutuhkan perempuan pekerja dalam menjaga penampilan. Di rumah saya bebas menggunakan T-shirt , jeans bulukan, celana buntung atau rok warisan dari ibu tanpa takut dapat julukan ‘ miss penoda lingkungan “ dari teman-teman.
Tapi bisnis kami harus dikelola secara professional. Pelanggan kami sebagian besar adalah corporate besar. Banyak syarat yang harus dipenuhi sebelum mengetuk pintu mereka, jadi mana mungkin menerapkan manajemen “ jeans butut” dalam mengelola DMB. Pada saat jam kerja saya memang bisa bolak-balik antara dapur dan ruang kerja, antara komputer dengan kompor, namun kala berhubungan dengan dunia luar saya harus tetap memegang kode etik dunia kerja. Membangun bisnis artinya membuka akses ke berbagai kesempatan. Kesempatan itu terbuka kala kita bertemu dengan orang. Dan berusan dengan orang tidak bisa sesederhana cara saya berpakaian.

Bekerja sendiri juga memungkin saya menjadi tuan di atas waktu. Memang tidak bebas-bebas amat, namun keterikatannya tidak sampai menekan perasaan. Kadang malah begitu longgarnya sampai tidak tega menolak ajakan teman jalan-jalan ke mall dan menumpuk beberapa pekerjaan untuk dikebut pada malam hari. Saya juga termasuk paling rajin setor muka di sekolah anak-anak , terutama yang membutuhkan kehadiran orang tua.

Yang sedikit sulit adalah ketika Indra harus ke luar kota atau ke luar negeri. Itu artinya selain mengendalikan kantor di rumah saya juga harus mengawasi proses produksi di pabrik. Belum lagi kalau terima complain dan harus bertemu dengan mereka. Ah pengennya balik ke jaman flintstone, bersembunyi dalam gua.

Sebetulnya saya lebih suka baca novel dan literature yang bersifat sedikit menantang cara berpikir ketimbang buku-buku bisnis yang di tulis secara teknis. Untungnya buku-buku penyemangat seperti yang di tulis oleh Rober t T Kiyosaki, Donald Trump , Anthony Robbins dll. menggunakan gaya bahasa yang sangat menghibur. Sambil rekreasi mereka mengasah intuisi bisnis saya.

Perempuan yang tinggal dan berbisnis dari rumah, sekarang ini tidak perlu menderita seperti katak dalam tempurung. Bila tahu cara memanfaatkan informasi dari buku, majalah, tabloid, radio dan internet, cakrawala pun akan terus memuai sampai tak terbatas. Terutama internet dengan mesin pencari-nya, teknologi ini tidak akan pernah membuat seseorang merasa ketinggalan, karatan dan tua sebelum waktunya.

Lalu apa hebatnya berbisnis gula aren?

Unique selling point dari gula aren semut ini benar-benar bertindak sebagai pembuka jalan bagi bisnis DMB. Setelah sukses membuka pasar bagi gula aren semut, kami mulai mengembangkan produk gula aren cair. Sebuah cara yang sangat praktis dalam pemakain gula aren. Dan Diva’s Gula Aren Kristal dan Gula Aren Cair di buat tanpa pengawet, berbahan dari nira aren yang disadap dari tumbuhan aren liar di hutan dan lereng-lereng gunung. Untuk pasar retail, mereka yang perduli kesehatan lah umumnya yang menjadi pelanggan setia kami.

Terjun ke bisnis dan mendedikasikan seluruh perhatian kepada pengembangannya membuka pintu peluang di segala arah. Saat ini DMB juga bekerja sama dengan para petani Jeruk Kalamansi dari Sumatera dengan memasarkan sari jeruk kalamansi asli yang dikentalkan dengan gula pasir asli ke beberapa restoran di Jakarta dan Serpong. Kami juga mendatangkan madu hutan dan bee pollen dari Sumatera.

Begitu pula ceruk-ceruk pasar yang tadinya tidak terpikirkan satu persatu membuka diri untuk dieksplorasi. Tahu-tahu DMB dikenal sebagai perusahaan berkonotasi hijau, peduli petani dan kesehatan masyarakat. Apa lagi setelah beberapa kali ikut pamera, liputan media, input dari pelanggan, penawaran kerjasamapun datang saling susul menyusul.

Yang paling membanggakan adalah saya mengelola dan member nilai tambah pada hasil kekayaan bumi Indonesia. Dahulu orang hanya mengenal gula aren dalam versi cetak, daya simpan yang singkat untuk kemudian meleleh dengan bentuk kurang menarik. Namun sekarang gula aren ini melenggang sampai Eropa dan mampu bertahan sampai dua tahun tanpa mengurangi mutu dalam kemasan tertutup rapat.

Mengetahui bahwa hasil kekayaan bumi Indonesia ini tidak hanya bermain di kandang sendiri namun dinikmati juga oleh orang asing tidak hanya memikat saya sebagai pengusaha namun juga menarik perhatian beberapa pihak untuk membantu pemasarannya, termasuk pemerintah RI tercinta ini.
——————————
Evi Indrawanto bersama suaminya adalah Pemilik CV. Diva Maju Bersama yang bisnis utamanya mengolah nira aren menjadi gula semut/gula aren Kristal dan gula aren cair. Ia dapat dikontak di diva-arenga@yahoo.com
Diva Maju Bersma, CV
Jl. Sutera Gardenia 5/22
Alam Sutera – Serpong
Telp. 021-70882420, 081932418190