Potensi Aren Sumber Peningkatan Ekonomi

Potensi aren sumber peningkatan ekonomi. Setelah sekian puluh purnama bergelut dalam bisnis gula aren, banyak sekali pertanyaan yang diajukan kepada Arenga Indonesia. Salah satunya mengenai potensi tanaman aren sebagai sumber ekonomi.

Tak banyak yang bisa dijawab selain menjawab sederhana: Sangat besar!

Berani banget ya jawabnya? Iya lah, kan kita harus optimis.

Lagi pula ini bukanlah sekadar jawaban optimis tanpa dasar alias OMDO ( omong doang). Coba saja fakta ini:

  • Tanaman ini sudah lama dikenal masyarakat,
  • Tersebar hampir diseluruh dataran Indonesia
  • Tidak memerlukan banyak perawatan,
  • Setiap bagian dari pohonnya bisa digunakan.

Menurut seorang kawan, tidak sulit dipahami bahwa sesungguhnya enau berpotensi mengurangi jumlah kemiskinan ( poverty alleviation) di Indonesia. Sudah banyak penelitian ilmiah yang keluar mengenai ini. Dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan tanaman ini untuk mengisi berbagai keperluan industri dan rumah tangga. Dari skala kecil sampai besar.

Banyak sih teori yang dipaparkan kawan tersebut. Bikin Mamin cuma manggut-manggut dengan seribu satu pikiran. Namun memicu semangat untuk mempelajari segala potensi ekonomi tanaman bernama latin Arenga Pinnata ini. Kalau dikaji lagi tanaman enau mirip pohon kelapa, setiap bagian dari pohonya sangat bermanfaat.

Contoh Aren Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi

Membuat tepung aren
Salah satu langkah dalam membuat tepung aren
  • Buah aren muda yang diproses melalui teknologi sederhana menghasilkan buah kolang-kaling. Buah berwarna bening keputihan ini bisa diolah menjadi aneka panganan ringan. Sebut saja manisan kolang-kaling. Distribusinya selain di pasar-pasar tradisional, kolang-kaling sudah lama menembus pasar swalayan. Dijual dalam kemasan menarik bahkan tak jarang diberi bahan pewarna makanan untuk menarik perhatian calon pembeli. Selain itu, temukan kolang kaling dalam es campur dan skoteng. Iseng-iseng coba perhatikan setiap gerobak es campur di seluruh Indonesia, dimanapun mereka berjualan, kolang-kaling tidak pernah ketinggalan sebagai unsur pelengkap isi. Kolak kolang-kaling di bulan puasa, dicampur sedikit santan dan gula aren, rasanya manis, legit dan krenyes-krenyes kala dikunyah, penuh serat dan kaya nutrisi.

Lalu ijuk pohon aren dipakai orang untuk membuat sapu, sikat, atap cottages atau hiasan2 interior lainnya. Ijuk yang dipakai untuk keperluan ini berasal dari pohon aren muda dan belum mengeluarkan bunga. Tekstur ijuk dari pohon aren muda halus dan lentur. Sementara yang berasal dari pohon tua, ijuknya kasar dan warna hitamnya tidak begitu menarik.

  • Akar tanaman aren bisa dipakai untuk membuat anyam-anyaman. Rendam lebih dahulu dalam air hingga kulitnya mengelupas lalu dibelah-belah. Para sais delman jaman dahulu kala memanfaatkan akar tanaman aren sebagai pecut kuda. Selain itu akar aren sering dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional penghancur batu kandung kemih.

Daun mudanya digunakan kaum aki-aki dipedesaan sebagai pembungkus tembakau. Namanya rokok kawung. Belum lagi, lidi, pelepah dan batangnya sebagai penghasil tepung ( pati aren).

  • Begitu pun tepung aren, tak hanya digunakan masyarakat sebagai bahan baku makanan. Empulur atau saripati enau ternyata juga punya khasiat herbal. Arenga banyak ditanyai apakah bisa mensuplai untuk kebutuhan herbal oleh pelanggan. Sayangnya belum bisa

Terakhir adalah tandan bunga yang disadap niranya sebagai bahan baku GULA SEMUT atau PALM SUGAR.

Potensi Aren Sumber Peningkatan Ekonomi
Gula aren cetak

Nira Sebagai Bahan Baku Gula Merah

Menurut kajian BPPT Banten, dalam setahun setiap pohon aren bisa memproduksi nira 300-400 liter / tandan bunga. Setiap tandan bunga mampu menghasilkan nira 300-400 liter per musim bunga ( selama 3- 4 bulan). Jadi dalam satu pohon aren mampu menghasilkan nira kurang lebih 900-1.600 liter / tahun. dan untuk setiap liter nira dapat di olah menjadi sekitar 0.15 – 0.17 kg gula semut. Harga setiap kilogram gula semut ditingkat kebutuhan industri pangan saat ini kurang lebih Rp. 9.000,-/ kg, untuk ekspor di pasar Swiss dan Eropa, tidak kurang dari Rp. 30.000,-/kg. Sekalipun daya serap pasar retail lokal terhadap gula semut belum tinggi, terkendala dengan harga yang lebih tinggi dari gula pasir, diharapkan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap gula alami sebagai bahan pemanis, gula semut diharapkan mampu mengisi celah ini.

Kita memiliki jutaan batang tanaman aren yang tersebar dari Sabang- Merauke. Memuliakan tanaman ini potensi ekonominya sebagai upaya pengurangan penduduk miskin bukanlah hal mustahil.

Mengolah dan Mengemas Produk Aren Mengikuti Permintaan Pasar

Gula aren  kemasan yang dioleh oleh Arenga Indonesia
Gula aren kemasan yang dioleh oleh Arenga Indonesia

Produk tanaman aren yang paling banyak diterima pasar adalah hasil pekatan niranya. Dalam bentuk gula produk hasil hutan non-kayu ini sudah berperan aktif ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan gula nasional. Begitu pun dalam mengisi celah pasar di luar negeri, ekspor gula aren sudah melintasi lima benua. Sebuah kebanggan hakiki mengingat hampir sebagian besar produksi gula aren datang dari desa-desa di Indonesia.

Celah pasar menuntut standar tertentu dari pemanis ini. Misalnya harus diolah secara organik, higienis dan dikemas lebih cantik. Arenga Indonesia berusaha terus memenuhi produk yang diminta pasar premium ini. Belajar, bekerja, lalu memberikan hasil terbaik kepada masyarakat.

Kontak Arenga Indonesia, WA 0819 3241 8190