Dari Hutan ke tempat saji
Dari hutan ke tempat saji

Dari Hutan ke Tempat Saji – Kita tahu gula aren rasanya manis. Melegitkan kuliner Nusantara dari Sabang sampai Mereuke. Dan dengan segala produk turunannya sekarang sudah merambah ke-lima benua. Gula aren di terima lidah internasioal sebagai pemanis dalam cookies, bakery, aneka jenis minuman, sampai herbal.  Kadang ia bersifat seperti udara, kehadirannya tak begitu diperhatikan, tapi begitu absen semua orang mencarinya.

Hahaha lebay gak sih analoginya? Biar kan saja ya, permisi, Arenga merasa sedang ingin menulis untung  merintang hari.

Gula aren yang juga dikenal sebagai palm sugar,  telah menyumbang banyak dalam perkembangan racikan berbagai minuman. Dari tradisional sampai moderan. Dari herbal (jamu) sampai minuman penyegar.

Hanya saja proses menghadirkan gula aren ke meja makan tak semanis rasanya. Ada proses panjang yang harus di lalui. Setidaknya ini dari perpektif masyarakat yang terbiasa hidup di kota.

Berikut beberapa step perjalanan gula aren dari hutan ke tempat sajinya. Apakah itu sampai ke dapur kita, pabrik, resto, atau di mall yang nyaman di kota.

Persemaian bibit aren
Persemaian bibit aren

Perjalanan Jauh dari Hutan ke Tempat Saji

Proses membuat gula aren di mulai dari menanam biji sampai berkecambah. Itu bisa dilakukan oleh manusia mau pun hewa. Melibatkan ilmu pertanian yang cangghih atau semua terserah alam.

Namun kebanyakan aren di Indonesia tumbuh berkat bantuan musang. Atau bijinya terbawa ke suatu tempat yang layak tumbuh, hingga siap panen 8 sampai sepuluh tahun kemudia. Terkadang ada pohon enau yang baru siap diambil niranya setelah berusia 15 tahun.

Para pemilik pohon enau tahu kapan harus mulai meninggur (mempersiapkan pohon untuk diambil niranya) ketika tanda bunga jantan muncul selang-seling dengan tandan bunga betina. Ketika ia berada di bawah pohon berbunga yang mengeluarkan harum semerbak.

Jika aroma legit sudah memenuhi udara, penyadap nira mulai menyiapkan tangga bambu. Tidak sembarang bambu, harus dipilih dari bambu tua yang cukup besar. Nanti di atas buku bambu akan dilubangi sebagai pijakan kaki. Bayangkan lah jika tiap hari kita harus memanjatnya. Di mulai dari meninggur. Setelah itu perajin menaikinya 2 kali sehari, pagi dan sore, untuk menurunkan nira.

Tangga itu bernama sigai. Kalau tak terbiasa tangga yang cuma muat untuk ujung jari terasa sangat menyiksa. Bagi perajin aren, mendaki tangga tegak lurus seperti ini hal biasa. Jemari kaki mereka sudah kuat dalam menyangga berat tubuh.

Setelah itu proses menyadap dimulai. Membersihkan bunga jantan yang akan disadap niranya dari segala semak dan ijuk yang menempel di sana. Lalu ia akan menggoyang-goyangkan tangkai bunga yang sudah bersih kurang lebih dua kali seminggu dalam tiga bula. Tujuannya agar pembuluh kapiler dalam tangkai bunga pecah berantakan untuk memberi jalan lapang pada aliran nira. Aktivitas ini disebut meninggur. 

Setelah 2-3 bulan meninggur, proses memotong tandan bunga dimulai. Ketika nira mengucur deras, sebuah tabung bambu yang sudah diisi laru, siap menampung.

Proses meninggur
Proses meninggur

Pengawetan Nira

Begitu keluar dari tandan bunga,  nira langsung mengalami proses fermentasi. Karena gula aren Arenga hanya menggunakan pengawet alami, untuk mencegah nira tak cepat basi, penurunan harus dilakukan dua kali sehari. Maklum lah daya tahan pengawet alami ini tidak lama.

Sesampai di bawah nira tak di bawa pulang. Perajin lebih suka memasaknya di sawung – pondok kecil yang lokasinya berdekatan dengan pohon aren. harus segera dipanaskan di tungku. Jika tak segera dijadikan gula aren pemanasan cukup 15 menit saja untuk dilanjutkan besok atau menunggu kedatangan nira aren hasil panen berikutnya.

Nira yang sedang menididih
Nira yang sedang menididih
Gula semut aren
Gula semut aren

Waktu terlama dalam mengolah gula aren adalah menguapkan nira alias memasak. Butuh 5-6 jam sampai siap di cetak atau dibuat gula semut (palm sugar) seperti foto di atas.

Kalau sudah jadi bentuk gula semut kering, seperti halnya gula pasir, gula merah bubuk ini siap digunakan untuk keperluan apa saja. Bisa ditimbang, dipindahkan ke tempat jauh, asal kemasannya baik tahan sampai bertahun-tahun tanpa mengurangi mutu.

Gula Aren Dalam Kehidupan Sehari-hari

Perjalanan dari hutan sampai ke tempat saji itu menemukan perhentian tepat di depan teman-teman Arenga semua. Apakah dinikmati sebagai es krim, kopi susu, dalam biskuit atau berbagai masakan yang membutuhkan rasa legit. Seperti dalam contoh foto ini, Arenga gula aren berakhir dalam segelas es lemon yang dimaniskan oleh Arenga Liquid Sugar.

Dari hutan ke tempat saji
Es Lemon gula aren

Kontak Arenga Indonesia

Indrawanto, telp. 0819 3241 8190